Senin, 05 Desember 2016

Masyarakat Tradisional vs Masyarakat Modern



Jangan Lecehkan Masyarakat Tradisional

          Masyarakat yang (mengaku dirinya) modern, seringkali bertingkah arogan, melecehkan prilaku masyarakat tradisional. Kenyataan tersebut tercermin dari sebutan “ndesa”, ndesani” (kampungan) terhadap kelakuan orang yang dinilai tidak sepatutnya.
            Padahal jika diperhatikan lebih teliti dalam hal penataan lingkungan, baik lingkungan alam, lingkungan binaan (built environment) maupun lingkungan social banyak sekali kearifan yang dapat ditimba dari masyarakat yang sering sekali disebut kuno dan terbelakang tersebut.
            Kali ini, kita berusaha mengkaji kembali kearifan lingkungan warisan nenek moyang kita untuk didayagunakan kembali guna tercapainya upaya pelestarian keseimbangan lingkungan dalam rangka keberlanjutan pembangunan yang selalu didengungkan belakangan ini.
            Berikut beberapa butir kearifan lingkungan masyarakat tradisional yang dapat diambil guna dikembangkan dimasa depan;
1.      Ruang Publik (public space)
Public space merupakan tempat dimana warga melakukan kontak social, pada lingkungan masyarakat tradisional selalu tersedia dalam berbagai jenis, mulai dari pekarangan komunal, lapangan desa, lapangan dilingkungan rukun tetangga, sampai ke alun-alun yang berskala kota. Bahkan ruang public bagi warga yang meninggal dunia pun yang berupa kuburan umum sudah disiapkan bahkan untuk beberapa generasi.
Jika kita menengok kebelakang setiap sekolahan pun juga boleh dikatakan memiliki public space, paling tidak berupa lapangan olahraga, mulai sekolah TK hingga setingkat SLTA. Selain itu terdapat aula yang bisa digunakan untuk kegiatan apa saja  misalnya karate, bermain ping pong, senam, atau ruang pertemuan, bahkan beberapa sekolah memiliki kebun untuk latikan bercocok tanam bagi murid-muridnya (ex; menanam kacang, jagung, singkong, atau berbagai jenis bunga).
Jalan atau lorong-lorong tidak sekedar digunakan sebagai penyambung arus lalu lintas melainkan juga dimanfaatkan sebagai wadah kontak social dan tempat bermain bagi anak-anak (living space), dulu seringkali kita temukan banyak anak anak yang bermain dijalanan seperti gasingan, dhir-dhiran, layangan, mobil-mobilan dan permainan lainnya.
Terdapat beraneka ragam ruang public baik yang skala RT, RW, Desa maupun Kota, hal tersebut dipertahankan dari waktu ke waktu oleh semua warga, rasa saling memiliki mereka sangat kuat, solidaritas tinggi hingga tidak ada yang berani menggusur untuk kepentingan pribadi.
----------
Coba kita bandingkan dengan yang kita sering lihat sekarang di lingkungan sekitar, lingkungan perumahan baru baik itu yang elite maupun yang sederhana selalu saja dipadati dengan bangunan, tidak memperhatikan perlunya ruang public. Terkadang taman-taman yang sudah ada malah dikapling untuk bangunan, alun-alun disulap jadi kompleks perdagangan (pertokoan) dan jasa. Anak sekolahan pun tak bisa lagi menikmati adanyan lapangan olahraga karena lahan yang tersedia sangan minim, meskipun lahannya tersedia, bukannya dijadikan lapangan malah jumlah bangunan yang terus ditambah.. Ironis bukan??
Parahnya lagi, banyaknya lapangan-lapangan golf bermunculan yang kebanyakan pemainnya justru orang-orang dewasa dan tidak dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Menurut hemat saya pembangunan yang dilakukan untuk menaikkan pendapatan daerah itu sah-sah saja namun masalah lingkungan tak boleh dikesampingkan.
2.      Penghijauan kota
Beberapa waktu belakangan ini gencar sekali dilakukan kampanye penghijauan kota, rencana ruang terbuka hijau (RTH) pun disusun oleh para konsultan yang bekerjasama dengan dinas cipta karya dan pemda tingkat II, padahal sudah sejak ratusan tahun silam nenek moyang kita sudah melakukannya, tanpa rencana yang serba formal dan canggih.
Halaman-halaman rumah biasanya banyak ditanami berbagai jenis pepohonan yang dapat dipetik hasilnya ex: mangga, rambutan, tebu, kelapa, dll. Jika halaman rumah berbatasan dengan sungai disana kita bisa menjumpai banyak tanaman yang dijadikan pembatas antara halaman rumah dan daerah sungai seperti tanaman salak, coklat, pohon jati, dll.
Keberagaman tanaman (mixed crops) ini yang dikenal dengan istilah tumpangsari dengan aneka jenis tanaman pada lahan yang sama menunjukkan kearifan tersendiri. Sedangkan dimasa sekarang ini penyergaman tanaman yang dilakukan sangat mengkhawatirkan karena begitu ada hama yang menyerang jenis tanaman tertentu maka semuanya langsung punah. Selain itu, Kebiasaan masyarakat tradisional mempertahankan  pohon-pohon tua atau Besar karena alasan keramat/angker mendukung terciptanya lingkungan binaan yang bersahabat dengan alam.
3.      Anggapan mengenai Tanah
Dilingkungan masyarakat tradisional tanah dinilai sebagai harta milik yang suci, yang mesti dipertahankan mati-matian. Tanah dianggap sebagai karunia tuhan yang wajib dijaga guna diwariskan kepada anak cucu dari generasi ke generasi. Tanah tidak dilihat sebagai komoditi yang dapat diperjual-belikan dalam pasar bebas dengan perhitungan ekonomis semata-mata.
Sebuah kalimat yang saya kutip dari salah satu dosen yaitu “siapa yang bisa mematok harga dari desir angin, gemerisik pepohonan, gemericik air, aroma dan kehangatan dari tanah hasil cipta karya Tuhan Yang Maha Esa ini?” karena  sepandai-pandainya manusia saat ini tidak ada yang bisa menciptakan tanah.
Nah, coba kita bandingkan dengan kondisi sekarang sangat terlihat kecenderungan tanah diperlakukan sebagai komoditi ekonomi yang digiring sana-sini. Banyak sekali sawah-sawah di desa dibeli oleh orang-orang dari kota, sehingga petani “pemilik” sawah beralih menjadi “buruh tani”, lahan diperkotaan diborong oleh orang-orang pemilik modal yang serakah sehingga masyarakat menegah ke bawah termarginalkan. Sering pula kita jumpai banyak lahan kosong yang dibeli oleh kalangan atas yang kemudian didiamkan begitu saja tanpa difungsikan sama sekali (lahan tidur), lahan yang masih tersedia cukup luas untuk seluruh warga, hanya kepemilikannya yang timpang karena sudah dikuasai oleh segelintir pengembang yang dijuluki “robber barons”.
Perkara harga yang melangit sebenarnya hanyalah permainan, manipulasi, dan rekayasa dari para spekulan tanah karena tidak adanya tolok ukur atau ketentuan pasti yang bisa dibakukan.
Mestinya sebagaimana yang ditunjukan oleh masyarakat tradisional yang sangat kental dengan kearifannya, tanah tidak mestinya sekadar di perlakukan sebagai komoditi melainkan seyogyanya dilihat sebagai benda social dan bahkan lebih tepat lagi dinilai sebagai alat/instrument pembangunan manusia.
Semoga bermanfaat ya ….!!!



Minggu, 04 Desember 2016

Belajar Dan Berjuanglah Layaknya Elang Yang Gagah



Belajar Dan Berjuanglah Layaknya Elang Yang Gagah


Ada banyak hal yang akan membuat kita seringkali mengalami sebuah kegagalan di dalam hidup ini, baik itu hal yang sengaja kita lakukan atau berbagai hal lainnya yang terjadi dan kita lakukan tanpa kita sadari. Namun pada dasarnya, semua hal ini bisa saja membuat kita selalu terpuruk dan tidak bisa melangkah maju untuk meraih berbagai keberhasilah di dalam kehidupan kita.

Berbagai hal yang kita lakukan tersebut, bisa saja menjadi sebuah kebiasaan yang sangat sulit untuk ditinggalkan. Padahal seringkali kita sadar dengan kenyataan yang ada, di mana berbagai kebiasaan inilah yang selalu menjadi sebuah hambatan bagi kesuksesan kita di dalam hidup ini. Namun, kita tak kunjung berubah dan meninggalkannya, justru kita seringkali kembali dan kembali mengulangnya. Ini tentu sama saja dengan selalu mengulang kegagalan, bukan?
Tinggalkan Kebiasaan Yang Tidak Member Manfaat
Entah suka atau tidak, pada dasarnya kita memang seringkali tidak menyadari jika kita telah memelihara banyak kebiasaan yang merugikan diri kita sendiri, misalnya: senang membuang-buang waktu dan menunda pekerjaan, tidak disiplin dan suka membuang banyak kesempatan, boros dan tidak perhitungan, serta berbagai hal lainnya yang tidak berguna namun seringkali kita lakukan. Kita telah terbiasa dan begitu nyaman menjalani ini dalam kurun waktu yang sangat panjang dan bahkan mungkin hampir seluruh hidup kita. Meninggalkan berbagai kebiasaan ini, sudah pasti sama dengan meninggalakan kenyamanan diri kita sendiri, siapkah kita untuk melakukan ini?
Ayooo…..Belajar Dari Elang Yang Super Gagah J J
Kita bisa belajar tentang nilai sebuah perubahan dari elang yang gagah yang merupakan unggas dengan umur terpanjang di dunia, yakni bisa mencapai 70 tahun lamanya…wahh lama juga ya guys J.. Tapi ketahuilah bahwa hal ini tidak bisa dicapai dengan mudah, sebab di usia 40 tahunan elang harus memilih sebuah keputusan berat di dalam hidupnya. Di usia ini, cakarnya mulai melemah, paruhnya bertambah panjang dan membengkok, dan bahkan sayapnya menjadi berat akibat ditumbuhi bulu yang lebat. Elang akan kesulitan untuk terbang, bahkan mencari makan.
Elang yang dihadapkan pada 2 pilihan sulit, antara melakukan sebuah transformasi yang sangat berat dan menyakitkan atau berdiam sambil menunggu kematiannya. Kira-kira si unggas dilema gak ya?? Xixixixi.
Tapi Untuk bertahan hidup, elang harus memilih transformasi yang panjang dan memakan waktu hingga 150 hari. Dia akan berupaya keras untuk terbang dan mencapai puncak gunung dan kemudian membuat sarang di tepi sebuah jurang yang terjal, elang akan tinggal di sana dan menjalani transformasinya.
Hal pertama yang akan dilakukannya adalah mematuk-matukkan paruhnya yang tua ke permukaan bebatuan yang keras, hingga paruh itu tanggal dari mulutnya. Elang akan berdiam selama beberapa waktu dan menunggu tumbuhnya paruh yang baru. Dengan paruh baru tersebut, elang akan menanggalkan satu persatu cakarnya dan menunggu hingga cakar tersebut tumbuh kembali. Cakar yang baru ini akan digunakan untuk mencabuti bulu tubuhnya satu persatu, yang tentu saja sangat menyakitkan. Dibutuhkan waktu hingga 5 bulan, agar bulu-bulu tersebut tumbuh kembali, setelah itu elang yang gagah dapat terbang dan menjelajahi angkasa kembali dengan perkasa selama 30 tahun ke depan.
Wahh guys Ini tentu bukan sebuah proses yang mudah loh, yang bisa dilalui hanya dalam waktu sekejap saja. Begitu juga dengan perubahan di dalam diri kita, terkadang kita harus melaluinya dengan sangat menyakitkan, melelahkan dan bahkan begitu menyedihkan. Namun, itu semua akan sesuai dengan hasil yang baik dan perubahan yang kita dapatkan.
Ayoo berubah…  masa mau kalah sama unggas sihh JJ
“Allah Tidak Akan Merubah Nasib Suatu Kaum Kecuali Kaum Itu Sendiri Yang Mau Berubah”


 

makalah etika dan moral perencanaan



Mata Kuliah               : Etika dan Moral Perencanaan
Dosen            Pembimbing : Muh. Anshar S.Pt ., MT


“ETIKA, MORAL DAN PERENCANAAN”

OLEH:
KELOMPOK 1
                                                                      HIJRAWATI


TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
                                UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2016





KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah iniyang berjudul “Etika, Moral dan Perencanaan” dengan baik sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Laporan ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.         Muh. Anshar, S.Pt., MT sebagai dosen mata kuliah etika dan moral perencanaan.
2.         Serta rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan berbagai kontribusi yang berguna dalam penyusunan makalah.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi perbaikan dan peningkatan pengetahuan penulis dalam hal penyusunan laporan ini. Serta besar harapan penulis agar laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya penulis sendiri.
                                                           


Samata, 13 Januari 2016



Kelompok 1





DAFTAR ISI
Kata Pengantar                                                                                     
Daftar Isi                                                                                                
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................
A.      Latar Belakang...............................................................................
B.       Rumusan Masalah..........................................................................
C.      Tujuan Penulisan...........................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................
A.      Etika                                                                                                
B.       Moral                                                                                               
C.      Etika dan Moral Perencanaan......................................................
BAB III PENUTUP
A.      Kesimpulan                                                                                     
B.       Saran                                                                                               
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................








BAB I
PENDAHULUAN
A.          Latar Belakang
Dalam kehidupan,  kita terikat dalam suatu sistem. Dimana untuk mencapai kehidupan yang baik dan ideal maka semua komponen dalam kehidupan harus terikat dengan sistem yang ada. Dalam sistem itu sendiri kita kenal dengan etika dan moral. Etika dan moral sebagai pedoman dalam bersikap dalam melaksanakan kegiatan merupakan suatu hal yang mutlak diketahui.
Etika dan moral sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Memberi manusia pelajaranbagaimana ia harus menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari, membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dan baik dalam kehidupan ini. Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral sedangkan  moral dalam kamus psikologi (Chaplin, 2006): Dituliskan bahwa moral mengacu pada akhlak yang sesuai dengan peraturan sosial, atau menyangkut hukum atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku.
Etika dan moral tidak lepas dari profesi dalam dunia kerja atau dalam keahlian dan bidang tertentu masing-masing memiliki kode etik yang mengatur bagaiana suatu profesi/keahlian bersikap dalam mengintegrasikan keahliannya baik untuk dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Begitupun dalam profesi perencanaan adalah suatu hal yang mutlak untuk mengikuti kode etik profesi perencanaan. Seorang perencana mencakup wilayah yang makro sehingga banyak aspek yang akan menjadi pertimbangan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sehingga prinsip dan pemahaman terhadap integrasi keilmuan harus dipenuhi agar dapat menciptakan perencanaan tepat.
B.           Rumusan Masalah
1.        Apa yang dimaksud dengan etika?
2.        Apa yang dimaksud dengan Moral?
3.        Apa hubungan antara etika, moral dan  perencanaan ?
C.          Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan adalah sebagai berikut.
1.        Untuk mendeksripsikan apa yang dimaksud dengan etika.
2.        Untuk mendeksripsikan apa yang dimaksud dengan moral
3.        Untuk menjelaskan hubungan antara etika, moral dan  perencnaan.























BAB II
PEMBAHASAN
A.          Etika
1.        Pengertian Etika
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupa¬kan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), etika juga erat identik denganSusila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su); Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak.Adapun pengertian etika menurut para ahli , yaitu:
a.         Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etikadipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia;
b.         Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.
Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara lain:
1)        Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat dari hak (The principles of morality, including the science of good and the nature of the right);
2)        Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama dari kegiatan manusia. (The rules of conduct, recognize in respect to a particular class of human actions;
3)        Ilmu watak manusia yang ideal, dan prinsip-prinsip moral seba¬gai individual. (The science of human character in its ideal state, and moral principles as of an individual);
4)        Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty).
c.         Menurut Aristoteles: di dalam bukunya yang berjudul Etika Nikomacheia, Pengertian etika dibagi menjadi dua yaitu,
1)        Terminius Technicus yang artinya etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia;
2)        Manner dan Custom yang artinya membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (in herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia;
3)        Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: etika adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
d.        Drs. O.P. Simorangkir, etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik;
e.         Menurut Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat,  etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal;
f.          Menurut K. Bertens, dalam buku berjudul Etika, 1994 yaitu secara umumnya sebagai berikut:
1)        Etika adalah niat, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak sesuai pertimbangan niat baik atau buruk sebagai akibatnya;
2)        Etika adalah nurani (bathiniah), bagaimana harus bersikap etis dan baik yang sesungguhnya timbul dari kesadaran dirinya;
3)        Etika bersifat absolut, artinya tidak dapat ditawar-tawar lagi, kalau perbuatan baik mendapat pujian dan yang salah harus mendapat sanksi;
4)        Etika berlakunya, tidak tergantung pada ada atau tidaknya orang lain yang hadir.
2.        Pembagian  Etika
Etika sebagai ilmu tentang moralitas, juga dapat dianggap sebagai ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral manusia. Di dalam perkembangannya etika dibedakan menjadi etika deskriptif, etika normatif dan metaetika (Bertens, 2001: 15-22). Dalam bagian ini akan dibahas dahulu pembagian etika dan kemudian dibahas tentang etika terapan.
a.         Etika Deskriptif
Etika deskriptif memberikan gambaran tentang tingkah laku moral dalam arti yang luas, seperti berbagai norma dan aturan yang berbeda dalam suatu masyarakat atau individu yang berada dalam kebudayaan tertentu atau yang berada dalam kurun atau periode tertentu. Norma atau aturan tersebut ditaati oleh individu atau masyarakat yang berasal dari kebudayaan atau kelompok tertentu. Sebagai contoh, masayarakat Jawa mengajarkan bertatakrama terhadap orang yang lebih tua dengan menghormatinya, bahkan dengan sapaan yang halus merupakan ajaran yang harus diterima.
b.         Etika Normatif
Etika normatif merupakan etika yang mengkaji tentang apa yang harus dirumuskan secara rasional dan bagaimana prinsip-prinsip etis dan bertanggung jawab itu dapat digunakan oleh manusia. Di dalam etika normatif hal yang paling menonjol adalah munculnya penilaian tentang norma-norma tersebut. Penilaian tentang norma-norma ter-sebut sangat sangat menentukan sikap manusia tentang “yang baik’ dan “yang buruk”. Dalam mempelajari etika normatif, dijumpai etika yang bersifat umum dan etika yang bersifat khusus. Etika umum memiliki landasan dasar seperti norma etis/norma moral, hak dan kewajiban, hati nurani, dan tema-tema itulah yang menjadi kajiannya. Sedang etika khusus berupaya menerapkan prinsip-prinsip etis yang umum atas perilaku manusia yang khusus.
c.         Metaetika
Metaetika adalah kajian etika yang membahas tentang ucapan-ucapan ataupun kaidah-kaidah bahasa aspek moralitas, khususnya yang berkaitan dengan bahasa etis 55 (yaitu bahasa yang digunakan dalam bidang moral). Kebahasaan seseorang dapat menimbulkan penilaian etis terhadap ucapan mengenai “yang baik” dan “yang buruk” dan kaidah logika. Sebagai contoh, sebuah tayangan iklan obat-obatan dengan merk tertentu pada televisi swasta sering menyesatkan banyak orang dengan slogan-slogan yang mengajurkan untuk minum obat tertentu dengan khasiat semua penyakit yang diderita akan hilang dan orang menjadi sehat kembali. Slogan-slogan tersebut sangat berlebihan dan ketika orang mulai mengkritik slogan tersebut, maka dimunculkan oleh sekelompok produsen, yaitu ucapan etis. Ucapan etis itu berbunyi: “jika sakit berlanjut maka hubungi dokter”. Ucapan etis tersebut seakan menjadi semacam perilaku moral yang baik yang dihadirkan oleh sekelompok produsen dan disampaikan agar masyarakat menjadi lebih “bijaksana” dalam meminum obat tersebut
d.        Etika Terapan
Etika terapan (applied ethics) adalah studi etika yang menitikberatkan pada aspek aplikatif atas dasar teori etika atau norma yang ada. Etika terapan muncul akibat perkembangan yang pesat dari etika dan kemajuan ilmu lainnya. Sejak awal Abad XX, etika terapan menjadi suatu studi yang menarik dan kontemporer, karena terlibatnya berbagai bidang ilmu lain (ilmu kedokteran, ilmu ekonomi, ilmu sosial, ilmu keperawatan dan sebagainya) dalam mengkaji etika. Disebut sebagai terapan karena sifat etika yang praktis, yaitu memperlihatkan sisi kegunaannya. Sisi kegunaan itu berasal dari penerapan teori dan norma etika ketika berada pada perilaku manusia.
3.        Pentingnya Etika
a.         Menjaga martabat serta kehormatan profesi berkaitan denganpengontrolan dan penilaian terhadap penerapan keahlian dankemahiran dalam kelompok profesional oleh rekan sejawatnya.(built-in mechanism).
b.         Melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupunpenyalahgunaan keahlian (Wigyosoebroto, 1999).
c.         Memperoleh kepercayaan dari masyarakat saat para elit profesionalingin memberikan jasa kehalian profesi kepada masyarakat yangmemerlukannya.
d.        Etika dalam menentukan baik burukperilaku manusia
1)        Etika Deskriptif
§   meneropong secara kritis danrasional sikap dan perilakumanusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup sebagai sesuatu yang bernilai.
§   Memberikan fakta sebagai dasaruntuk mengambil keputusanatau sikap yang diambil.
2)        Etika Normatif,
§   Menetapkan berbagai sikap danpola perilaku ideal yangseharusnya dimiliki oleh manusiasebagai sesuatu yang bernilai.
§   Memberikan penilaian sekaligusmemberi norma sebagai dasardan kerangka tindakan yang akandiputuskan.
B.           Moral
1.        Pengertian Moral
a.         secara etimologi moral berasal dari bahasa latin yaitu dari kata    moral/mores artinya susila/adaptasi .
b.         secara terminologi adalah sebuah kaa yang artnya bekenaan dngan kelakuan, baik kelakuan yang baik maupun kelakuan yang buruk dan merupakan gelaja jiwa sehingga menimbulkan gerak dan berik. 
2.        Dimensi Perkembangan Moral
a.         Dimensi Intrapersonal
1)        Aturan/Nilai dasar dan penilaian diriindividu;
2)        Dimensi ini mengatur ataumengarahkan aktivitas orang tersebutsaat dia tidak terlibat dalam interaksisosial.
b.         Dimensi Interpersonal
1)        Titik perhatiannya adalah pada apayang seharusnya dilakukan individusaat berinteraksi dengan orang lain;
2)        Dimensi ini mengatur interaksi sosialindividu dg org lain dan menengahikonflik.
C.          Etika dan Moral Perencanaan
1.        Pengertian  dan Tujuan Perencanaan
Perencanaan atau planning adalah sebuah proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi , menentukan strategiuntuk pecapaian perencanaan  yang  menyeluruh untuk mengintegrasikan dan   mengkoordinaskan seluruh pekerjaan organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi ( Robbins dan Coulter,2002 ) .
Perencanaan dilihat dari 3 hal, yaitu proses , fungsi manajement dan pngambilan eputusan . ( Ernie dan Kurniawan,2005 )
        Dari sisi proses, fungsi perencanaan adalah proses dasaryang digunakan untuk memilih tujuan dan menetukan bagaimana tujuan tersebut akan dicapai.
Dari sisi fungsi manajament , perencanaan adalah  fungsi dimana pmpinan menggunakan pngaruh atas wewewnangnya untuk menentukan atau merubah tujuan dan kegiatan organisasi.
Dari sisi pengambilan keputusan , perencanaan merupakan pengambilan keputusan untuk jangka waktu yang panjang atau yang akan datang mengenai apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya , bilamana dan siapa yang akan  melakukannya, dimana keputusan yang diambil belum tentu sesuai hingga implementasi perencnaan tersebut dibuktikan dikemudian hari.  
2.        Keterkaitan Antara Etika, Moral dan Perencanaan
a.         Karakter Perencanaan
Seorang perencana wilayah dan kota harus menjaga kode etik profesi perencana. Perencanaan yang dilakukan bersifat apa adanya dan dilaksakanan untuk kemaslahatan bersama. Ketika perencana memahami etika dan moral dalam mengintegrasikan ilmu mereka, maka produk perencanaan dapat jauh dari kepentingan pihak-pihak tertentu sehingga perencanaan dapat mencapai tujuan.
b.         Community Development
Etika dan moral dapat dibangun  melalui community Development sebagai upaya untuk membangun suatu karakter pada masyarakat. Keikutsertaan dalam pembangunan dan terikat dalam aturan baik itu etika dan norma yang sengaja diciptakan untuk mendukung pembangunan.
c.         Identitas Pembangunan Wilayah
Dalam konteks wilayah, khususnya di Indonesia yang heterogen tentunya kan berbeda antara aturan etika daan norma yang berlaku di tiap-tiap wilayah atau biasa di sebut dengan adat istiadat. Dalam perencanaan suatu wilayah, perencana harus cerdas melihat aspek tersebut agar perencanaan dapat diterima dan sesuai atau paling tidak memperbaiki dan meningkatkan taraf  hidup masyarakat di suatu wilayah.















BAB III
PENUTUP
A.          Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penulisan makalah adalah sebagai berikut,
1.        Etika merupakan suatu aturan  atau konsep tentang bagaimana seseorang harus bersikap, agar tercipta keteraturan dan kesesuaian dalam kehidupan.  Etika terbagi menjadi etika umum dan etika khusus, etika menjadi standar seseorang dalam berperilaku.
2.        Moral adalah bentuk perbuatan yang dilakukan oleh seseorang yang dipengaruhi oleh interaksi sosialnya. Dimensi perkembangan moral dapat dibedakan menjadi 2 , yakni dimensi intrapersonal adalah nilai dasar atau penilaian dari individu dan dimensi interpersonal adalah nilai dasar apa yang seharusnya dilakukan individu.
3.        Keterkaitan antara etika, moral dan perencanaan dapat diwujudkan dengan etika dan  moral akan membangun karakter seorang perencana; etika dan moral menjadi dasar pembentukan community development; identitas suatu wilayah dapat dilihat melalui karakter masyarakat atau adat istiadat dalam masyarakat.
B.           Saran
Adapun saran  penulisan, semoga bermanfaat adalah sebagai berikut,
1.        Setiap pembangunan atau perencanaan harus memperhatikan adat istiadat pada daerah tersebut agar terdapat identitas wilayah. Namun, tetap harus memperhatikan kondisi yang tidak sesuai.
2.        Setiap masyarakat dan pemerintah harus mengikuti atau terikat dalam tatanan etika dan moral. Pelanggaran terhadap etika dan moral seharusnya memiliki sanksi yang kuat agar nilai-nilai luhur yang telah dibangun dapat tetap kokoh.


DAFTAR PUSTAKA
Fitriani, Ita. 2010. Etika. http://www.slideshare.net/rewayoke/tugas-makalahetikadanmoraltiafitriani15308026. Diakses pada 19 januari 2016.
Nugroho, Edi. 2011. https://herynugrohoyes.files.wordpress.com/2011/01/etika-dr-iriyanto.pdf.Diakses pada 19 januari 2016.